Meneladani Kesabaran dan Keikhlasan Nabi Ibahim AS dan Nabi Ismail AS, Satpol PP dan Damkar Prov. Sulbar Menyerahkan Sapi Qurban Kepada Panitia Qurban Pemprov. Sulbar

Untuk merayakan Hari Raya Idul Adha 1443 H/2022 masehi, Satpol PP dan Damkar Prov. Sulbar menyerahkan hewan qurban berupa satu ekor sapi. Penyerahan tersebut di lakukan di Masjid Baitul Anwar Kompleks Kantor Gubernur Sulawesi Barat pada hari Kamis 7 Juli 2022. Penyerahan kepada pengurus dilakukan oleh Staf Satpol PP dan Damkar Prov. Sulbar, Dirwansyah.

Meneladani Kisah Nabi Ibrahim AS dan Nabi Ismail AS

Sebagaimana diketahui bersama, pada tanggal 10 Dzulhijjah setiap tahunnya menurut penanggalan hijriah, umat muslim di seluruh dunia akan merayakan Hari Raya Idul Adha atau identik dikenal dengan sebutan lebaran haji, juga disebut hari raya qurban atau Idul Nahr (hari penyembelihan).

Hari Raya Idul Adha sering disebut lebaran haji karena pada tanggal 9 Dzulhijjah umat muslim yang sedang menunaikan ibadah haji melaksanakan wukuf di Arafah menggunakan pakaian serba putih tanpa jahitan yang disebut pakaian ihram. Pada ritual haji ini kita diajarkan meninggalkan sejenak segala aktivitas dan berdiam diri serta merenungi segala dosa-dosa lalu memohon pengampunan Allah SWT. Pakaian ihram yang dikenakan juga mengandung makna  suci, terdapat persamaan akidah dan pandangan hidup dan menujukkan tidak adanya perbedaan antara satu dengan lainnya. Memandang mereka yang sedang wukuf di Padang Arafah, kita tidak melihat ada perbedaan. Yang ada, hanya kesamaan diantara mereka. Mereka sederajat dan bersama-sama mendekatkan diri kepada Allah SWT sambil tak hentinya mengucap kalimat talbiyah. Ritual ini dilaksanakan di Padang Arafah, tempat yang diyakini merupakan tempat pertemuan Nabi Adam AS dan Hawa setelah mereka dipisahkan di dunia. Padang Arafah juga merupakan tempat dimana Nabi Adam AS berdoa dan memohon petunjuk dari Allah SWT untuk menjadi bekal hidup di dunia.

Hari Raya Idul Adha juga dikenal sebagai Hari Raya Qurban atau Idul Nahr (hari penyembelihan) karena perayaan Idul Adha tidak dapat dilepaskan dari kisah spektakuler yang dilakoni oleh Nabi Ibrahim AS dan putranya Nabi Ismail AS setelah mendapat perintah dari Allah SWT melalui mimpinya untuk menyembelih putranya Ismail AS.

Ujian maha berat ini tidak terlepas dari derajat keimanan, ketakwaan, kesabaran, dan keihklasan Nabi Ibrahim AS sehingga Allah SWT memberinya gelar “Khalilullah” atau Kekasih Allah. Atas gelar tersebut, para malaikat mempertanyakan kepada Allah SWT karena Nabi Ibrahim AS masih disibukkan dengan urusan kekayaan dan keluarganya. Untuk membuktikan ke-Maha Benaran-Nya, Allah SWT memperkenankan para malaikat untuk menguji keimanan dan ketaqwaan Nabi Ibrahim AS, namun kekayaan dan keluarga yang dimiliki Nabi Ibrahim AS tidak membuatnya lalai dari iman dan taqwa kepada Allah SWT.

Sebagaimana dikisahkan dalam kitab Misykatul Anwar, konon Nabi Ibrahim AS memiliki kekayaan harta terutama hewan ternak. Lalu, Nabi Ibrahim AS ditanya oleh salah seorang “milik siapa ternak sebanyak ini ?” lalu Nabi Ibrahim AS menjawab “ kepunyaan Allah SWT, tapi sampai saat ini masih milikku. Jika Allah menghendaki, maka akan aku serahkan semuanya. Jangankan cuma hewan ternak, jika Allah menghendaki, anakku Ismail pun akan aku serahkan”

Ibnu Katsir dalam tafsir Al-Qur’anul ‘adzim mengemukakan bahwa, pernyataan Nabi Ibrahim yang akan mengorbankan anaknya jika dikehendaki oleh Allah itulah yang kemudian dijadikan bahan ujian, dimana Allah SWT menguji iman dan taqwa Nabi Ibrahim melalui mimpinya yang haq, agar ia mengorbankan putranya yang kala itu masih berusia 7 tahun. Anak yang elok rupawan, sehat lagi cekatan ini, supaya dikorbankan dan disembelih dengan menggunakan tangannya sendiri. Kejadian spektakuler itu dinyatakan dalam Al-Qur’an yang artinya, Ibrahim berkata : “Hai anakkku sesungguhnay aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu “maka fikirkanlah apa pendapatmu ? Ismail menjawab : Wahai bapakku kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu.  InsyaAllah engkau akan mendapatiku termasuk orang yang sabar.” (QS Aa-saffat: 102)

Saat mereka siap untuk melaksanakan perintah Allah, datanglah setan menggoda dengan tujuan melunturkan tekad Nabi Ibrahim untuk melaksanakan perintah Allah SWT. Tapi, Nabi Ibrahim sudah mempunya tekat yang bulat. Nabi Ibrahim mengambil batu lalu mengucapkan, “Bismillahi Allahu akbar” dan melempar setan tersebut. Prosesi ini diabadikan melalui ritual melempar jumrah yang dilaksanakan oleh seluruh jamaah haji sejak dahulu sampai sekarang .

Dikisahkan, Nabi Ibrahim AS belum juga mengayunkan pisau ke leher putranya, Ismail. Ismail pun mengira ayahnya ragu. Lalu Nabi Ismail  melepaskan tali pengikat yang mengikat tangannya dengan maksud  agar tidak muncul suatu kesan dalam sejarah bahwa Nabi Ismail menurut untuk dibaringkan karena dipaksa. Nabi Ismail juga meminta kepada ayahnya, Nabi Ibrahim agar berpaling saat mengayunkan pisau dengan maksud kebulatan tekad dari Nabi Ibrahim tidak goyah ketika melihat wajah Nabi Ismail.

Nabi Ibrahim pun memantapkan niatnya, sedangkan kesabaran Nabi Ismail pun suda mantap, seperti ayahnya yang telah tawakkal. Sejenak sebelum Nabi Ibrahim AS mengayunkan pisau, Allah SWT dengan ke-Maha Kuasaan-nya membatalkan penyembelihan itu. Allah telah meridloi kesabaran dan tawakkal kedua hamba Allah ini. Sebagai imbalan keikhlasan Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail, Allah mencukupkan dengan penyembelihan seekor kambing sebagai korban sebagaimana diterangkan dalam Al-Qur’an surat As-Saffat ayat 107-110 “Dan kami tebus anak itu dengan seekor sembelihan yang besar.  Kami abadikan untuk Ibrahim (pujian yang baik) dikalangan orang-orang yang datang kemudian. Yaitu kesejahteraan semoga dilimpahkan kepada Nabi Ibrahim. Demikianlah kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik.”

Peristiwa spektakuler yang tidak ada bandingannya dalam sejarah umat manusia itu disaksikan oleh  Malaikat Jibril. Malaikat Jibril pun  kagum, seraya mengucapkan  “Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar.” Mendengar takbir dari Malaikat Jibril, Nabi Ibrahim menjawab “Laailaha illahu Allahu Akbar” dan disambung oleh Nabi Ismail dengan ucapan “Allahu Akbar Walillahil Hamdu.’

Sisi historis Hari Raya Qurban juga mengingatkan kita kepada sejarah Nabi Ibrahim AS yang melaksanakan perintah Allah SWT untuk menempatkan istrinya Hajar dan putranya, Nabi Ismail AS yang kala itu masih menyusu di suatu tempat yang sunyi, tandus, tidak terdapat satu pohon pun, bahkan tak terdapat satu manusia pun. Meskipun berat, Nabi Ibrahim AS tetap melaksanakan perintah Allah SWT tersebut dengan ikhlas dan tawakkal. Peristiwa penting tersebut diabadikan oleh Allah SWT dalam Al Quran, yang artinya : Ya Tuhan kami sesunggunnya aku telah menempatkan sebagian keturunanku di suatu lembah yang tidak mempunyai tanam-tanaman di dekat rumahmu (Baitullah) yang dimuliakan. Ya Tuhan kami (sedemikian itu) agar mereka mendirikan shalat. Maka jadikanlah gati sebagia manusia cenderung kepada mereka dan berizkilah mereka dari buah-buahan, mudah-mudahan mereka bersyukur. (QS Ibrahim: 37)

Ibnu Abbas menceritakan, ketika Hajar kehabisan air dan merasa sangat kehausan sehingga tidak dapat menyusui Nabi Ismail AS yang masih kecil itu, ia pun mencari air kesana kemari dengan berlari-lari kecil dari bukit Safa dan Marwa sebanyak tujuh kali. Lalu Allah SWT mengutus Malaikat Jibril untuk Zam Zam sebagai sumber kehidupan bagi Hajar dan Nabi Ismail kala itu. Sampai sekarang, ritual ini masih dilaksanakan oleh umat muslim yang melaksanakan ibadah haji dan umrah yang dengan istilah Sa’i.

Lembah yang dahulunya gersang dan tandus itupun mempunyai persediaan air yang melimpah ruah. Keadaan ini mengundang umat manusia dari segala penjuru terutama para pedagang untuk membeli air. Hal ini membawa berkah yang sangat besar bagi lembah itu. Lama kelamaan, lembah yang tadinya gesang dan tandus menjadi tempat yang ramai dan makmur. Lembah tersebut saat ini dikenal di segala penjuru dunia, yaitu Kota Mekkah. Kemakmuran kota ini tak lepas dari doa Nabi Ibrahim AS yang diabadikan Allah SWT dalam Al Quran, yang artinya “Dan ingatlah ketika Ibrahim berdo’a: “Ya Tuhanku, jadikanlah negeri ini, sebagai negeri yang aman sentosa dan berikanlah rizki dari buah-buahan kepada penduduknya yang beriman diantara mereka kepada Allah dan hari kiamat.” (QS Al-Baqarah: 126)

(dirangkum dari berbagai sumber)